Pages

Suku Sasak Sade, Sepenggal Kisah Dari Masa Lalu

Rumah Adat Suku Sasak
Jika kamu berlibur ke Provinsi Nusa Tenggara Barat, tidak lengkap apabila sekedar mengunjungi objek wisata pantai. Pulau ini kaya akan aneka ragam budaya tradisionalnya. Salah satunya adalah Suku Sasak di Desa Sade. Banyak wisatawan menjadikan Suku Sasak Sade sebagai destinasi budaya karena keunikan masyarakatnya.

Desa Sade terletak di Desa Rembutan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jaraknya hanya sekitar 30 Kilometer dari kota Mataram.


Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Lombok. Sekitar 80% penduduk pulau adalah Suku Sasak dan selebihnya adalah suku lainnya, seperti suku mbojo (bima), dompu, samawa (sambawa), jawa dan hindu (Bali Lombok).

Saat kamu berkunjung ke desa wisata ini, kita akan disuguhi suasana tradisional kental yang jauh dari kata modern. Keseharian masyarakat Sasak Sade sangat sederhana seperti menenun, membuat kerajinan tangan, bertani, dan berniaga.

Dapur Rumah Adat Sasak
Walaupun banyak wisatawan yang berkunjung dan melihat-lihat desa mereka bahkan sampai masuk ke dalam rumah, itu tidak membuat mereka risih atau terganggu. Mereka tau kalau Desa Sade merupakan salah satu desa tradisional yang dijadikan ikon “Desa Wisata” oleh Pemerintah Daerah NTB.

Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke desa ini cukup tinggi, namun tidak membuat kebudayaan asli Suku Sasak terkontaminasi dengan pengaruh luar yang datang. Bahkan pemandu wisata yang mengajak saya berkeliling adalah pemuda asli Desa Sade.  
Memintal Benang
Ketika saya berkunjung, mayoritas hanya kaum perempuan yang ada di Desa Sade.  Siang hari, kaum lelaki Desa Sade berada di sawah untuk bertani. Kaum perempuannya tinggal di rumah untuk diajarkan menenun sejak kecil, dan itu berlanjut hingga mereka tua renta.

Tenun kain ikat khas Suku Sasak Sade terkenal halus dan harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Bahan untuk menenun seperti benang pun mereka buat sendiri dari kapas.

Aktifitas lain yang biasa dilakukan adalah menganyam tikar. Hasil dari kerajinan tangan ini akan dijual di galeri desa untuk ditawarkan kepada wisatawan yang berkunjung, dan hasil penjualan akan digunakan untuk menjaga kelestarian Suku Sasak Sade.

Halaman Depan Rumah Adat Sasak

Hal unik yang bisa kita temui disini adalah ornamen pada rumah adat Suku Sasak. Selain banyak hiasan kepala hewan, lantai rumahnya juga terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan kotoran kerbau dan abu jerami, bahkan kotoran kerbau ini masih digunakan untuk mengepel membersihkan lantai hingga kini.

Tidak perlu jijik, walaupun terbuat dari kotoran hewan tapi tidak berbau sama sekali. Campuran tanah liat dan kotoran kerbau membuat lantai tanah mengkilap dan mengeras, sekeras semen. Pengetahuan membuat lantai dengan cara tersebut diwarisi dari nenek moyang mereka.

Cinderamata Sade

Menuju Desa Sade cukup mudah, dusun ini hanya berjarak 30 Kilometer dari Kota Mataram. Dari Kota Mataram (Terminal Mandalika) kamu dapat menggunakan transportasi umum menuju Praya (Ibu Kota Kabupaten Lombok Tengah). Setelah tiba di Praya dapat menggunakan ojek menuju Desa Sade, jarak tempuhnya hanya sekitar 30 menit.

Saat berkunjung ke Desa Sade, saya membeli paket wisata city tour 1 hari seharga 250 ribu per-orang. Harga sudah termasuk jasa pemandu wisata, makan siang di restoran lokal, tiket masuk beberapa objek wisata dan semua biaya parkir.

Galeri Cinderamata
Di Desa Sade terdapat beberapa kios cinderamata yang menjual kerajinan tangan dan kain ikat tenun dengan harga yang bervariasi. Kamu dapat menawar sebelum membeli, harga untuk wisatawan lokal biasanya berbeda dengan wisatawan asing.

Saya membeli kain sarung motif khas Sade berwarna kuning seharga 100 ribu dan gelang-gelang tangan seharga 10 ribu.

Oh ya, wisatawan yang berkunjung ke Desa Sade ini tidak dipungut biaya apapun. Tetapi kita akan menggunakan jasa pemandu wisata yang dikelola pemuda setempat. Hanya mengeluarkan biaya 100 ribu per-rombongan kita dapat berkeliling desa Sade menggunakan jasa pemandu wisata.

2 komentar:

Mieke Stefanny said...

Bravoooo. . Sade bagus jg ya. . .

skyhils said...

Iya, liat dari segi culture-nya yak jangan dari segi kuno-nya :D

Post a Comment