Pages

Holly Mecca (1)

Kali ini liburan saya agak berbeda, liburan pilgrim mengunjungi tanah suci Mekkah. Perjalanan berawal dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta dengan penerbangan langsung menuju Jeddah dengan waktu tempuh sekitar 8 jam penerbangan.

Kota Jeddah
Tiba di Jeddah pemeriksaan di imigrasi sangatlah ketat, apalagi untuk wanita. Tidak boleh masuk ke Saudi Arabia tanpa pendamping lelaki dewasa, bisa itu ayah, paman, saudara lelaki atau bahkan orang lain yang pura-pura saya anggap sebagai kerabat.

Sunset di Gurun Pasir

Mekkah adalah kota pertama yang langsung dituju. Bis pariwisata yang telah disediakan pihak biro perjalanan sudah siap mengantar ke kota suci umat Islam tersebut. Agak sulit traveling ke negeri ini tanpa jasa biro perjalanan, tapi jika ingin melancong tanpa agen perjalanan, taksi dapat menjadi pilihan untuk sampai ke Mekkah. Berjarak sekitar 6-7 jam perjalanan. Harganya sudah pasti mahal.

Cara termurah yaitu dengan menggunakan bis, terminalnya di pelabuhan tidak jauh dari Bandara Jeddah. Harganya sekitar SR 45 (Saudi Reyal). SAPTCO adalah perusahan bis terbesar yang dimiliki oleh pemerintah Arab Saudi.


Harap diingat, kita harus selalu mempersiapkan paspor, karena pada saat membeli tiket bis harus menunjukkan paspor dan di setiap perbatasan antar kota akan diperiksa oleh petugas perbatasan. Sangsinya berat bila melanggar ketentuan yang berlaku. Mulai dari denda hingga penjara.

Sunset di Gurun Pasir
Selama perjalanan 6 jam, pemandangan yang disuguhkan hanya padang pasir tanpa pemukiman. Sangat sulit menemukan perkampungan lokal sepanjang perjalanan. Gurun pasir mendominasi hampir sebagian wilayah di sini.

Sebelum memasuki Kota Suci Mekkah, ada aturan yang mewajibkan peziarah bersuci di sebuah Masjid bernama Masjid Siti Aisyah. Ada garis putih di jalan raya yang menandakan batas Kota Al-Haram yang berarti Kota Suci.

Tiba di Mekkah hari sudah gelap, tidak ada yang dapat dilakukan, untuk wanita dilarang berpergian sendiri. Walaupun itu naik taksi tidak diperbolehkan tanpa pendamping lelaki. Saya lebih memilih melakukan ritual ibadah di Masjid Al-Haram yang lokasinya dapat ditempuh dengan berjalan kaki 5 menit dari hotel tempat menginap.

Al-Haram Mukarramah

Masjid Al-Haram adalah lokasi dimana Ka’bah dijadikan acuan arah umat Islam melakukan sholat, biasanya disebut dengan kiblat. Hal unik jika sholat bersama di masjid ini, shaf atau barisannya berbentuk lingkaran menghadap ke Ka’bah yang berada ditengahnya. Ini merupakan keunikan yang tidak dimiliki masjid manapun di dunia.

Masjid ini memiliki 3 lantai dan 7 menara dengan 4 pintu utama pada setiap sisi dan 45 pintu kecil. Tiap pintu memiliki namanya sendiri, peziarah harus mengingat nama pintu atau nomer pintu itu saat masuk, karena setiap pintu bentuknya mirip tetapi sebenarnya menuju arah yang berbeda. Tak heran banyak pengunjung yang tersesat di sini.

Penjagaan di Masjid Al-Haram sangat ketat, tas bawaan kita diperiksa saat masuk dan dilarang membawa kamera atau hp berfitur kamera. Saya harus kucing-kucingan dengan petugas pemeriksa karena nekat membawa kamera pocket.

Pakaian yang dikenakan harus tertutup rapat untuk wanita dan tidak boleh bermotif binatang atau mahluk hidup lainnya. Salah satu anggota rombongan bahkan tidak diperbolehkan masuk karena pakaiannya bermotif abstrak seperti Cicak.

Untuk ke Masjid lebih baik menggunakan sandal biasa yang tidak terlalu mahal, saya bahkan menggunakan sandal jepit. Kehilangan sandal sering terjadi saat mengunjungi masjid, entah itu tertukar atau lupa tempat menyimpannya.

Ornamen Masjid Al-Haram sangat megah dan mewah, lampu Kristal terpasang di atas kubah masjid layaknya kerlap kerlip bintang di langit. Ratusan karpet tebal terhampar dari ujung ke ujung. Di lorong jalan tersedia dispenser air Zam Zam, yang diyakini umat Islam dapat mendatangkan kesembuhan apabila sedang sakit. Oh ya, lebih baik membawa botol mineral sendiri, jadi bisa refill setiap saat. Gratis!

0 komentar:

Post a Comment